Friday, 30 May 2014

My Activities in SEAMOLEC (Southeast Asian Ministers of Education Regional Open Learning Center) - Part 1


Kegiatan saya di SEAMOLEC bearawal sejak kedatangan saya kesini hari Senin, 5 Mei 2014. Saya diberi beasiswa kuliah oleh Direktur SEAMOLEC Bpk. Dr. Ir. Gatot Hari Priowirjanto untuk melanjutkan kuliah D3 di AMIK Wahana Mandiri. Saat itu saya sempat dilanda kegalauan karena saya sudah daftar SNMPTN dan daftar ke beberapa universitas. Namun dengan pertimbangan yang matang dan dukungan dari orang tua, akhirnya saya yakin untuk memilih beasiswa tersebut, membatalkan beasiswa yang lain dan bergabung di SEAMOLEC. Saat itu saya masih kelas XII IPA di MAN 2 Sumedang dan belum mendapat surat kelulusan namun saya sudah diberikan kepercayaan dan kesempatan yang begitu istimewa ini. What a golden chance! It can't be wasted! Akhirnya saya berangkat dari Sumedang pukul 01.00 dini hari meski dalam keadaan demam dan tiba sekitar pukul 10.00 pagi. Saya  diperkenalkan oleh Pak Syarif Koordinator D3 kepada teman-teman D3 Batch 4 dan langsung belajar di kelas program Computer Network Engineering. 

SEAMOLEC yang bergerak di bid. ICT dan bertanggung jawab untuk mengembangkan Pendidikan Terbuka dan Pendidikan Jarak Jauh di Asia Tenggara, membuat semangat saya semakin menggebu dan semakin terpacu untuk belajar lebih giat lagi, karena ketidaktahuan saya lebih banyak daripada pengetahuan saya. Saya bersemangat berusaha mengejar ketertinggalan karena perkuliahan yang sudah dimulai sejak 3 bulan lalu. I believe, I can do it.

Alhamdulillah kini saya sudah 3 minggu berada di SEAMOLEC dan saya magang di Divisi RnD (Reasearch and Development). 
Lalu kegiatan yang saya lakukan selama 3 minggu berada di SEAMOLEC hingga akhir bulan Mei ini adalah:
1. 6-8 Mei 2014 : Saya membantu menjadi teknisi dalam Training Online LPMP gelombang ke-3
2. 8 Mei 2014 : Saya membantu menjadi teknisi dalam Workshop Kerjasama Indonesia-Filipina 
3. 12-13 Mei 2014 : Saya mengikuti ujian SIMDIG: Kelas Maya dan Buku Digital
4.14 Mei 2014 : Saya membantu menjadi teknisi dalam Workshop Online Kemitraan Indonesia-Cina.
5. 14-17 Mei : Saya menjadi team pembuat Aplikasi Tri-language dan 25 negara berpartner dengan delegasi negara yaitu Mr. Tavan Dunnot yang menjadi native speaker dalam aplikasi tsb.
6. 19-23 Mei 2014 : Saya mengikuti Pelatihan Bahasa Korea 
7. 20-22 Mei 2014 : Saya  membantu menjadi teknisi dalam Training Online LPMP gelombang ke-5
8. 26&28 Mei 201 :Saya belajar B.Inggris bersama teman-teman dan membuat grup B.Inggris di Edmodo. 
8. 28 Mei 2014 : Saya mengikuti ujian pengetahuan mata kuliah KDPJJ 

Aplikasi yang telah saya buat adalah: Indonesian-English-French Learning Application dan Aplikasi Pembelajaran Dua Bahasa: Bahasa Indonesia&Bahasa Inggris, sedangkan untuk Karya Tulis Ilmiah saya adalah "Pemanfaatan Blended Learning (Sebagai Model Pembelajaran Kombinasi E-Learning) dalam Pendidikan Jarak Jauh", sekarang saya masih dalam tahap pembuatan Buku Digital.

Saya akan terus belajar dan menghasilkan karya-karya yang bermanfaat. Insya Allah.
Bon Courage!!!




 di Kantor Ged. SEAMOLEC



Saat kegiatan pembuatan aplikasi 3 Bahasa di Kantor SEAMOLEC




berfoto bersama Mr. Tavan dari London, Inggris, partner pembuatan aplikasi 3 Bahasa

Kerjasama 25 negara



Pembuatan Aplikasi Tri-Languages Kerjasama dengan 25 negara di SEAMOLEC tanggal 14-17 Mei 2014

Mata Kuliah KDPJJ : Tugas Topik 3

Nama              : Elvin Khoirunnisa
Jurusan           :  Teknik Komputer Jaringan D3 AMIK Wahana Mandiri
Mata Kuliah    : KDPJJ (Tugas Topik 3)
Dosen             : Timbul Pardede

Soal

Tujuh kriteria dalam memilih media dikenal dengan istilah "ACTIONS" (hal 14 Topik-3).
Dapat dipastikan dalam pemilihan media berdasarkan ke-7 kriteria tersebut dimungkinkan ada kendala atau masalah dalam implementasinya.

Dari 7 kriteria tersebut mana yang menurut Anda dapat dilaksanakan. Jelaskanlah alasannya.
Serta bila ada kriteria yang tidak dapat dilterapkan, jelaskanlah Mengapa?
Jawab:
Jika dilihat kembali tujuh kriteria yang dapat kita jadikan pedoman dalam memilih media, yang dikenal dengan istilah ACTIONS (Menurut Bates (1995), yaitu:
1. Access (aksesibilitas)

Maksud dari akses terhadap media adalah adanya ketersediaan dan kemudahan memperoleh atau menggunakan media. Akses terhadap media ini harus dilihat dari dua sisi, yaitu:
·         sisi institusi penyelenggara PJJ dan
·         sisi peserta didik/calon peserta didik.

Dalam PJJ seberapapun pentingnya bahan ajar yang akan disampaikan, dan betapapun baiknya teknik penyampaiannya, akan menjadi sia-sia apabila peserta didik tidak dapat menerimanya, hanya karena mereka tidak mempunyai akses terhadap media yang membawa bahan ajar tersebut.
Akses terhadap penggunaan media oleh institusi PJJ juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan media. Pengertian akses disini adalah ketersediaan sarana yang mendukung pengembangan maupun penggunaan media tertentu, baik yang berasal dari dalam dan luar institusi penyelenggara PJJ.

2. Costs (biaya)

Dalam menentukan pilihan mengenai media apa yang akan digunakan dalam PJJ, faktor biaya merupakan faktor yang tidak bisa dihindarkan. Banyak orang berpikir bahwa PJJ berarti penyelenggaraan pendidikan dengan biaya murah, hal ini bisa saja benar tetapi bisa juga tidak. Murah tidaknya penyelenggaraan PJJ tergantung pada media apa yang digunakan dan berapa banyak jumlah peserta didiknya.
Misalnya, sebuah institusi PJJ memilih menggunakan video interaktif. Penggunaan media ini akan terhitung mahal apabila digunakan untuk peserta didik yang berjumlah sedikit, sebaliknya apabila jumlah peserta didiknya banyak, maka biayanya akan menjadi lebih murah. Walaupun faktor biaya ini sangat penting untuk dipertimbangkan dalam menentukan media yang akan digunakan, Bates (1995) mengingatkan bahwa akan sangat berbahaya apabila para perancang PJJ hanya memperhatikan masalah biaya yang dikeluarkan tanpa melihat keuntungan dari penggunaan media yang dipilih.

3. Teaching and Learning (proses dosenan dan pembelajaran)

Maksud dari proses dosenan dan pembelajaran adalah seajuh mana sebuah media mampu membantu proses belajar mengajar, sehingga bisa diketahui media apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga tidak ada media yang tersedia menjadi sia-sia, karena tidak dipergunakan atau tidak dapat membantu proses pembelajaran.

4. Interactivity (interaktifitas/komunikasi dua arah)

Komunikasi dua arah ini biasanya menggunakan media elektronik orang menyebutnya tutorial elektronik. Akan tetapi penyelenggara PJJ harus mempertimbangkan kesulitan-kesulitan yang ada dalam komunikasi dua arah ini. Sejauh mana sebuah media mampu memberikan komunikasi dua arah dengan memahaminya sehingga bisa terjadi proses belajar mengajar.
Penyelenggara harus tahu apakah peserta didik yang ada bisa mengoperasikan media yang digunakan oleh penyelenggara. Karena kendala-kendala teknis seperti ini umumnya menjadi salah satu permasalahan dalam PJJ.

5. Organisational Issues (permasalahan organisasi)

Hal penting yang sangat berpengaruh dalam pemilihan media untuk pembelajaran adalah permasalahan yang ada dalam organisasi, maksudnya bila penyelenggara PJJ akan menggunakan sebuah media dalam pembelajaran harus mendapatkan dukungan dari semua unsur yang ada di organisasi tersebut. Karena sebuah media akan sia-sia jika tidak ada yang bisa mengoperasikannya.

6. Novelty (kemutakhiran)

Media yang akan dipakai sebagai media pembelajaran dianjurkan yang benar-benar mutakhir. Di samping itu media pembelajaran juga harus bisa membuat peserta didik menjadi termotivasi untuk belajar. Keadaan ini bisa terjadi jika media yang digunakan menarik untuk dipakai peserta didik.

7. Speed (kecepatan)

Faktor terakhir yang sangat berperan dalam pemilihan sebuah media adalah faktor kecepatan, maksudnya secanggih apapun media yang dipakai jika penyampaian informasinya lambat, maka informasi tersebut akan tidak berarti. Jadi dalam memilih media pembelajaran penyelenggara PJJ harus bisa memilih media yang mempunyai kecepatan dalam penyampaian informasi.

Menurut saya,  semua kriteria saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain, kita bisa memilih salah satu atau beberapa kriteria untuk memilih media yang digunakan, sehingga kriteria yang dapat diterapkan adalah kriteria aksesibilitas (access), biaya (cost), proses dosenan dan pembelajaran (teaching and learning), komunikasi dua arah (interactivity), permasalahan organisasi, dan kecepatan (speed). Sedangkan yang kurang memungkinkan untuk diterapkan adalah memilih media berdasarkan kriteria kemutakhiran (novelty).

Berikut adalah alasan menurut saya:

Yang pertama adalah faktor aksesibilitas (access). Faktor aksesibilitas sangat penting, hal ini agar peserta didik dapat menerima bahan ajar tanpa mengalami kesulitan dalam mengakses bahan ajar. Kita bisa menerapkan kriteria ini dengan memilih media yang mudah diakses oleh institusi penyelenggara maupun peserta didik.

Kedua adalah biaya (cost), kita bisa menerapkan kriteria ini dengan mempertimbangkan faktor biaya dalam memilih media. Walaupun biaya adalah hal yang harus dipertimbangkan, namun hal itu jangan dijadikan pedoman utama dalam memilih pembelajaran. Jika dengan media yang sedikit lebih mahal namun tujuan dan bahan ajar tersampaikan dengan baik dan bermanfaat bagi orang banyak, maka tidak ada salahnya kita menggunakan media tersebut. Karena jika kita hanya menerapkan konsep untung-rugi dalam memilih media pembelajaran, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.

Ketiga, proses dosenan dan pembelajaran. Hal ini bisa diterapkan dengan selektif memilih media yang tepat guna dan bisa menjadi alat dukung pembelajaran dan alat penyampai informasi yang baik sehingga mampu meningkatkan pemahaman peserta didik.


Keempat adalah komunikasi dua arah (interactivity). Interaksi adalah hal penting pula dalam proses pembelajaran dan hal ini dapat diterapkan dalam kriteria memilih media. Dengan memilih media yang mendukung interaksi dan komunikasi, kita dapat mengetahui apakah bahwa bahan ajar sudah diterima atau belum oleh peserta didik, peserta didik pun bisa menanyakan jika ada hal yang sulit atau ada kesulitan  ada hal yang kurang dimengerti oleh peserta didik bisa disampaikan melalui media tersebut. Sehingga komunikasi dapat terjadi diantara keduanya. 

Kelima adalah permasalahan organisasi. Ketika menggunakan suatu media maka harus mendapat dukungan dari unsur-unsur yang ada didalam institusi tersebut, harus ada teknisi yang bisa mengoperasikan media tersebut dan membantu proses pembelajaran. Contohnya adalah team atau seorang learning assistant yang membantu pengajar dalam menyampaikan informasi dan mengoperasikan media pembelajaran sehingga pengajar dapat dengan tenang dan santai dan tidak kerepotan dalam mengoperasikannya.

Dan yang terakhir adalah kecepatan (speed). Pemilihan media yang memiliki tingkat kecepatan yang baik dalam menyampaikan informasi bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan, dimana pengajar bisa memberikan bahan ajar dengan cepat dan peserta didik dapat menerima bahan ajar dengan cepat pula. Sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Sedangkan untuk kriteria kemutakhiran, kurang memungkinkan untuk diterapkan, karena jika media tersebut canggih atau mutakhir tapi jika sulit diakses oleh peserta didik, biayanya mahal, tidak terjadi komunikasi dua arah karena sulit untuk diakses, tidak ada yang bisa mengoperasikannya atau lambatnya penyampaian informasi, maka kriteria kemutakhiran kurang cocok untuk diterapkan dalam memilih media. Karena dalam PJJ, media yang yang digunakan tidak harus selalu menggunakan media yang canggih dan mahal, tetapi yang paling penting adalah penggunaannya yang efektif dan efisien, bahan ajar tersampaikan dan diterima dengan baik oleh peserta didik serta tujuan pembelajaran tercapai oleh pengajar dan peserta didik.









Mata Kuliah KDPJJ : Tugas Topik 2

 
Nama             : Elvin Khoirunnisa
            Jurusan         : Teknik Komputer Jaringan D3 AMIK Wahana Mandiri Batch 3
            Mata kuliah : KDPJJ Topik 2


Dalam pembelajaran sistem PJJ telah terjadi perubahan mendasar dalam paradigma pendidikan dimana pembelajaran yang tadinya berpusat pada pengajar menjadi berpusat pada peserta didik (Brodjonegoro, 1999) atau dari "teacher center" menjadi "student center". Jelaskanlah!


Jawab:

Selama ini sistem pembelajaran berpusat pada pengajar (teaccher center) dimanapengajar menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil pembelajaran dan fungsi pengajar itu sendiri sebagai pemberi informasi utama dan evaluator. Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan secara terpisah. Namun PJJ berhasil mengubah paradigma ini, salah satunya dengan PJJ peserta didik lebih banyak memegang kendali dalam proses pembelajaran karena peserta didik memiliki otonomi penuh atas proses belajarnya. Dialah yang menentukan apakah proses belajar tersebut terjadi atau tidak. Sehingga dengan PJJ pembelajaran pun berpusat kepada peserta didik (student center). 
Sesuai dengan salah satu prinsip dalam PJJ yaitu kemandirian, PJJ memberikan kesempatan bagi peserta untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar masing-masing, mulai dari keleluasaan dalam memilih tempat belajar, menentukan sendiri waktu belajarnya, sesuai dengan kemauan dan waktu yang dimilikinya, keleluasaan dalam menentukan kecepatan belajarnya dan lama waktu untuk mempelajari sesuatu penggalan isi pelajaran ditentukan oleh siswa sendiri. Sedangkan pengajar dalam PJJ berfungsi sebagai fasilitator dan evaluasi dilakukan bersama dengan peserta didik. Proses pembelajaran dan penilaian pun saling berkesinambungan dan terintegrasi. Sehingga dengan pembelajaran student center, peserta didik dapat lebih mengembangkan dirinya.

























Mata Kuliah KDPJJ: Tugas Topik 1

Nama             : Elvin Khoirunnisa
Jurusan         : Teknik Komputer Jaringan D3 AMIK Wahana Mandiri Batch 3
Mata kuliah : KDPJJ

Soal
Jelaskan perbedaan model pembelajaran tatap muka dengan berbasis TIK dari sisi:
1. Pengajar
2. Peserta didik 
3. Media pembelajaran yang digunakan

Jawab :

Setelah menyaksikan video Microsoft Research Distributed Classroom2.wmv, menurut saya, perbedaan model pembelajaran tatap muka dengan model pembelajaran yang berbasis TIK (teknologi informasi dan komunikasi), dilihat dari sisi:
1.      Pengajar (Guru/Dosen)
Model pembelajaran tatap muka mengharuskan pengajar untuk datang ke lokasi pembelajaran untuk memberikan materi  dengan waktu yang ditentukan. Selain itu, model pembelajaran ini dibatasi oleh ruang dan waktu. Pengajar tidak dapat mengajar secara massal karena dengan tatap muka dibatasi oleh tempat pembelajaran (Gedung Pendidikan) dan waktu (dibatasi oleh aturan).
Sedangkan model pembelajaran yang berbasis TIK (teknologi informasi dan komunikasi) pengajar bisa menghemat waktu dengan mengajar beberapa kelas sekaligus tanpa ada penghalang ruang dan waktu. Pengajar dapat mengajar secara massal tanpa ada batasan peserta dengan menggunakan ICT. Pengajar pun dapat lebih fleksibel dalam mengatur waktu dan lokasi pembelajaran sehingga model pembelajaran ini memberikan kemudahan bagi pengajar untuk menyampaikan materi dan memberikan tugas kepada peserta didik kapanpun dan dimanapun ia berada. Dalam model pembelajaran yang berbasis TIK (teknologi informasi dan komunikasi) pengajar dapat dibantu oleh asisten pembelajaran (learning assistant) yang dapat memudahkan pengajar dalam mengatur pembelajaran yang berbasis IT.

2.       Peserta Didik
Dalam model pembelajaran tatap muka, peserta didik harus mengikuti aturan yang sudah ada seperti waktu dan tempat sudah ditentukan oleh lembaga pendidikan (tidak bisa dimana saja dan kapan saja). Jika ia berhalangan hadir maka ia tidak dapat mengikuti pembelajaran. Ia pun tidak dapat menentukan cara pembelajaran sendiri melainkan harus mengikuti cara pembelajaran pengajarnya.
Sedangkan dalam model pembelajaran yang berbasis TIK (teknologi informasi dan komunikasi) peserta didik dapat menentukan sendiri waktu belajarnya, sesuai dengan kemauan dan waktu yang dimilikinya. Peserta didik bebas menentukan kapan mereka akan membaca materi dan dimana lokasinya sehingga peserta didik bisa menerapkan proses belajar mandiri. Siswa atau peserta didik mempunyai keleluasaan dalam menentukan kecepatan belajarnya dan bisa menentukan sendiri waktu untuk mempelajari sesuatu penggalan isi pelajaran (learning chunk). Selain itu, model pembelajaran ini dapat meningkatkan interaksi dan komunikasi (increase interactivity and communication) antar peserta didik sehingga siswa/peserta didik tidak pasif dalam belajar dan juga tidak ada pertanyaan yang tak terjawab (no question goes unanswered) karena semua dapat bertanya dengan bebas sekalipun berada di tempat yang berbeda dengan pengajarnya.

3.      Media Pembelajaran yang digunakan
Media Pembelajaran yang digunakan adalah perbedaan yang sangat jelas terlihat diantara kedua model pembelajaran ini. Dalam model pembelajaran tatap muka kebanyakan masih menggunakan media konvensional seperti buku, modul,black board, OHP, Proyektor, dll. Dan semua itu harus dilakukan dalam waktu yang sama dan tempat yang sama (terbatas).
Sedangkan media pembelajaran yang digunakan dalam model pembelajaran  yang berbasis TIK diantaranya adalah komputer, multimedia berbasis komputer, media audio, media video, media yang tidak diproyeksikan (benda nyata, replika, model, multimedia kit, simulator, bahan cetakan (printed materials), foto, gambar, chart, poster, dan grafik), media yang diproyeksikan (Overhead Transparansi, film slide, dan gambar proyeksi komputer (Computer Image Projection).Dalam pembelajarannya media pembelajarannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang memungkinkan pengajar ataupun pendidik menjadi lebih efektif dan efesien.



.

Wednesday, 7 May 2014

Welcome to SEAMOLEC!



Ini hari keempat saya di SEAMOLEC (Southeast Asians Ministers of Education Regional Open Learning Center) dan masuk D3 AMIK Batch 3. Meskipun saya baru disini dan masih belajar dari basic pertama, namun saya optimis dan yakin saya dapat menguasai materi sama seperti teman-teman yang lain.
Saya masuk divisi RnD (Research and Development) yang lebih berkonsentrasi pada penelitian dan pengembangan konten. Senaaaaaaaaang sekali dapat teman-teman yang baik dan dosen-dosennya pun baik pula.
Saya sangat perlu belajar terus pada mereka. Mereka semua adalah guru terbaik saya.
No one is too old to learn.
OK, welcome to the new athmosphere, welcome to the SEAMOLEC!